TIMES BIAK, TEMANGGUNG – Komunitas Cah Temanggung Creative (CATEC) kembali menggelar pameran lukisan bertajuk 'Adu Roso'. Acara yang dibuka pada Selasa (18/11/2025) sore itu rencananya akan berlangsung hingga 23 November 2025.
Setelah vakum pada 2024, CATEC menghadirkan kembali ajang seni rupa sebagai bagian dari Hari Jadi ke-191 Kabupaten Temanggung.
Tercatat lebih dari 70 perupa dari berbagai daerah turut serta meramaikan acara yang digelar di Pendopo Pengayoman Temanggung. Para perupa itu berasal dari Jakarta, Bekasi, Purbalingga, Wonosobo, Temanggung, Magelang, Ambarawa, Ungaran, Rembang, Yogyakarta hingga Bali.
Direktur Seni CATEC, Witarso, menegaskan pentingnya pameran ini sebagai ruang silaturahmi antara pelukis, kolektor, dan masyarakat.
“Tema pameran 'Adu Roso' menunjukkan bahwa event kali ini merupakan moment untuk mengingatkan kita bahwa bekerja di dunia seni harus dilakukan dengan hati nurani,” ujarnya.
“Konsep ini mengajak kita untuk mempertimbangkan perasaan sebelum bertindak agar bisa menciptakan kedamaian dan terhindar dari permasalahan,” imbuh Witarso.
Ia berharap pameran ini juga menjadi pengingat akan etika berkomunikasi, terutama di era media sosial yang rawan salah tafsir.
Goresan Pembuka
Acara pembukaan ditandai dengan goresan simbolis Christ Darmawan, pemilik Semarang Gallery sekaligus putra Temanggung, yang menorehkan tinta bertuliskan “CATEC” di atas kanvas.
“Keberhasilan pelukis dalam menjual karya-karya mereka diharapkan dapat memberikan semangat untuk terus berkarya. Untuk membangun semangat pelukis tersebut maka peran para kolektor, pecinta seni rupa dan pemerintah harus signifikan,” ucapnya berharap.
Beragam karya ditampilkan, mulai dari gaya naturalis, abstrak, human interest, tokoh sejarah politik, hingga perpaduan lintas aliran. Beberapa karya terinspirasi dari situs bersejarah seperti Borobudur, memperlihatkan upaya menghubungkan nilai tradisional dengan modernitas.
Christ menilai sebuah pameran bukan sekadar ajang pamer karya, melainkan sarana introspeksi.
“Pameran 'Adu Roso' tidak hanya menjadi ajang pameran karya seni. Tetapi juga merupakan bentuk introspeksi bagi para pelukis untuk mengevaluasi dan memahami sejauh mana mereka bisa menyampaikan pesan melalui karya-karya mereka kepada pengunjung,” katanya.
Ia juga menekankan pentingnya jalur pendidikan formal untuk mengenalkan seni lukis sejak dini di sekolah. “Dalam konteks regenerasi ini tema 'Adu Roso’ juga sangat menyentuh para birokrasi untuk keberlanjutan seni lukis,” tegasnya.
Sementara itu, Bupati Temanggung melalui, Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Tri Raharjo, menyampaikan bahwa pameran ini membuktikan seni lukis daerah tetap memiliki ruang dan potensi berkembang.
“Seni lukis di daerah, seperti Temanggung tetap memiliki tempat dan potensi untuk berkembang,” katanya.
Ia menekankan perlunya regenerasi pelukis muda agar CATEC tetap eksis, termasuk pembelajaran manajemen pameran serta keterlibatan kolektor dan pencari bakat.
“Akhirnya karya-karya dari CATEC dapat dikenal lebih luas di galeri-galeri terkenal di Indonesia,” pungkasnya. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Pameran Lukisan 'Adu Roso' Jadi Ajang Silaturahmi Perupa di Temanggung
| Pewarta | : Hermanto |
| Editor | : Ronny Wicaksono |