TIMES BIAK, JAKARTA – Bara api perang dua negara berkekuatan nuklir, India dan Pakistan masih belum padam, meski mereka telah menghentikan aksi militernya.
Seorang analis spesialis Asia Selatan di Sekolah Studi Internasional S Rajaratnam Singapura, Abdul Basit mengatakan kepada AFP, satu percikan saja bisa dengan cepat bergerak menuju bencana nuklir.
Terutama India, masih gencar mengeluarkan ancaman-ancaman kerasnya.
"India 'hanya menghentikan' aksi militernya terhadap Pakistan. Pemerintah kami tidak akan membedakan antara pemerintah yang mendukung terorisme dan “kelompok teroris," kata Perdana Menteri India, Narendra Modi dalam pidatonya yang berapi-api, Selasa (13/5/2025) malam.
Pemimpin Hindu ultranasionalis itu menegaskan, India akan “melakukan pembalasan dengan caranya sendiri” jika ada serangan “teroris” di masa mendatang terhadap negara itu.
India dan Pakistan masing-masing mengklaim kemenangan, setelah terlibat dalam konfrontasi militer sengit minggu lalu itu. Menurut hitungan sebagian mereka, pertempuran sejak minggu lalu itu menewaskan sekitar 60 warga sipil di kedua belah pihak.
Narendra Modi juga menyatakan, bahwa negaranya "tidak akan menoleransi pemerasan nuklir".
"Kami akan memantau setiap langkah Pakistan," kata Modi, seraya mengatakan bahwa "Ini bukan era perang, tetapi juga bukan era terorisme".
Dalam pidato di hadapan rakyatnya itu, Narendra Modi juga memuji angkatan bersenjata India karena berhasil melaksanakan Operasi Sindoor, yang menghancurkan infrastruktur utama teroris dan melenyapkan puluhan teroris, beberapa di antaranya adalah "teroris bernilai tinggi".
Dalam peringatan kerasnya kepada Pakistan, Modi mengatakan India hanya menghentikan pembalasan terhadap teroris di pangkalan militer di negara itu dan belum mengakhirinya, seraya menambahkan bahwa gencatan senjata pertama kali diminta oleh Pakistan
Modi juga mengatakan "teror atau pembicaraan tidak bisa berjalan bersamaan, teror dan perdagangan juga tidak bisa berjalan beriringan, begitu juga air dan darah tidak bisa mengalir bersamaan".
Perjanjian soal air Perairan Indus dengan Pakistan yang ditengahi oleh Bank Dunia itu telah lama bertahan dari berbagai krisis antara kedua negara yang bersaing tersebut.
Tetapi keputusan India baru-baru ini yang menghentikan aliran air menandakan adanya pergeseran diplomatik yang tajam, dengan menggunakan air yang diandalkan Pakistan untuk keperluan pertanian dan sipil sebagai daya ungkit.
Menteri Keuangan Pakistan mengatakan dalam wawancara dengan kantor berita Reuters pada hari Senin bahwa Perjanjian Perairan Indus, yang ditangguhkan secara sepihak oleh India "harus dikembalikan ke tempatnya semula".
Pemerintah Pakistan juga bereaksi terhadap pidato Modi itu dengan mengatakan, pihaknya menolak pernyataan provokatif dan menghasut yang dibuat oleh perdana menteri India itu.
Dilansir Reuters, Kementerian luar negeri Pakistan mengatakan, negaranya "tetap berkomitmen pada kesepahaman gencatan senjata baru-baru ini, mengambil langkah-langkah yang diperlukan menuju de-eskalasi, stabilitas regional.
Gencatan senjata tersebut terjadi setelah serangkaian serangan rudal, serangan pesawat tanpa awak, dan operasi militer balasan yang menimbulkan kekhawatiran akan terjadinya perang yang lebih besar.
Para pemimpin militer kedua negara tersebut menghabiskan hari Minggu untuk menyampaikan pengarahan singkat, dan masing-masing menegaskan mereka telah menang sambil berjanji menahan diri.
“Kami telah menepati janji yang kami buat kepada rakyat kami,” kata juru bicara militer Pakistan Letnan Jenderal Ahmed Sharif Chaudhry, seraya menggambarkan operasi baru-baru ini sebagai “keberhasilan di medan perang”.
Wakil Marsekal Udara Aurangzeb Ahmed menambahkan bahwa Pakistan telah “membangun kembali pencegahan dan menetralisir ancaman utama”.
Letnan Jenderal Rajiv Ghai dari India menegaskan bahwa negaranya telah menunjukkan “pengekangan diri yang luar biasa,” tetapi memperingatkan: “Setiap ancaman terhadap kedaulatan, integritas teritorial, dan keselamatan warga negara kami akan dihadapi dengan kekuatan yang tegas.”
Dari serangkaian pertikaian kedua negara itu yang menjadi korban tetap rakyat Kashmir, wilayah yang diperebutkan kedua negara nuklir itu karena yang menjad pusat serangan adalah wilayah itu.
Kini India dan Pakistan tetap waspada meski keadaan tenang untuk sementara waktu. Sementara dunia terus mengamati tanda deeskalasi yang bertahan lama atau dimulainya kembali permusuhan. (*)
Artikel ini sebelumnya sudah tayang di TIMES Indonesia dengan judul: Bara Api Perang India vs Pakistan Belum Padam, Satu Percikan Bisa Picu Perang Nuklir
Pewarta | : Widodo Irianto |
Editor | : Ronny Wicaksono |